Muncul perasaan kekaguman luar biasa besar atas tayangan di channel BBC Knowledge yang menampilkan edisi serial binatang, berjudul: ‘Taking to the Air’. Pembawa acaranya adalah: David Attenborough. Pada edisi ini, David menceritakan tentang kehidupan serangga yang berusaha hidup untuk kawin, berkembang biak dengan bertelur, bermetamorphosis, selanjutnya bergerak mencari makanan mempertahankan kehidupannya.
Film documenter yang sangat detail dalam merekam proses pertumbuhan awal kehidupan serangga ini diawali dengan kehidupan serangga jenis ‘Capung’. Ribuan capung yang berasal dari larva tampak terbang di atas pemukaan air namun, lalu beberapa ekor ikan melompat dari dalam air memangsa para capung yang terbang rendah. Sebagian lainnya menjadi mangsa burung-burung. Selanjutnya para capung yang lolos dari para pemangsa hinggap di batang pohon untuk berganti kulit luar. Capung-capung tersebut ternyata menunggu kesempatan untuk kawin dengan capung betina. Saat terbang di udara para capung jantan ini harus menentukan seekor capung betina yang bisa dikawini. Pada saat yang tepat, akhirnya pasangan capung yang beruntung melakukan ritual kawin.
Semua capung jantan yang beruntung bisa mengawini capung betina, maupun yang tidak sempat kawin, akhirnya mati terapung dipermukaan danau karena kehabisan tenaga, terbang terus-menerus selama 30 menit dengan hanya mengandalkan energy lemak yang ada dalam tubuhnya. Kejadian ini diliput di wilayah Negara Hungaria.
Untuk memperoleh situasi yang tepat dalam melakukan perkawinan, Capung ternyata mempunyai kesamaan dengan hewan-hewan besar lainnya, yakni melakukan ‘pengamanan’ wilayah dari saingannya, bahkan capung jantan juga berusaha keras menarik perhatian capung betina agar bersedia kawin. Setelah melakukan kawin di udara, capung betina akan bertelur di atas daun yang terapung di atas air. Bahkan pada saat meletakkan telurnya, betina akan tetap dalam ‘cengkeraman’ jantan untuk menghindari gangguan dari pejantan lainnya.
Penggambaran berikutnya adalah tentang kehidupan kupu-kupu. Proses kehidupan kupu-kupu yang telah akrab bagi kita, terutama saat belajar ilmu Biologi, dapat digambarkan dengan sangat indah melalui proses rekaman gambar. Dimulai dengan seekor kupu-kupu yang bertelur di bawah permukaan selembar daun kubis, selanjutnya telur tersebut menetas menjadi puluhan ekor ulat. Ulat yang keluar dari larva selanjutnya memakan kulit larva yang menjadi santapan pertama baginya. Ketika kulit larva telah habis, ulat-ulat ini kemudian beralih menggerogoti tepian daun kubis. Ternyata daun-daun kubis yang telah robek dimakan sekelompok ulat ini menimbulkan bau khas yang memancing sejenis serangga terbang (lalat), yang kemudian menyuntikkan larva-larva telurnya ke permukaan tubuh-tubuh ulat tersebut. Ulat yang dijadikan inang bagi telur lalat ini tidak merasakan apapun saat tubuhnya di ’suntik’ oleh lalat. Dalam kurun waktu beberapa lama kemudian, sang larvapun menetas dan menggerogoti tubuh ulat hidup tersebut hingga sang ulat hanya tinggal kulit kering. Begitulah siklus hidup ulat dihentikan prosesnya dan digantikan oleh kehidupan lalat-lalat kecil. Adapaun ulat yang ‘tidak mendapatkan’ suntikan lalat dapat terus melanjutkan proses metamorphosis membungkus tubuhnya dalam kepompong, lalu muncul wujud baru bernama kupu-kupu. Kehidupan kupu-kupu tersebut sebagian terbesar direkam di Negara Taiwan.
Selain kupu-kupu, diuraikan juga kehidupan ’saudara kupu-kupu’, yakni: Ngengat. Melalui penjelajahan di kawasan Perancis selatan, dipertlihatkan seekor ngengat yang terbang menghisap nectar dalam taman-taman yang penuh dengan bunga-bunga yang sedang mekar. Ngengat ini juga diberi nama sesuai dengan ukuran tubuhnya dan cara terbangnya, misalnya: ada ngengat yang diberi nama Ngengat Elang dan ada juga yang diberi nama Ngengat Kolibri.
Dalam tayangan itu juga diceritakan tentang serangga yang jarang menggunakan sayapnya sehingga akhirnya hanya berjalan di daratan. Beberapa serangga, berjenis kumbang, ternyata masih memiliki sayap yang hanya dikeluarkan pada saat hendak digunakan. Sayap tersebut disimpan dalam sebuah ‘perisai’ di punggungnya. Bila telah selesai digunakan sayap tersebut akan dilipat kembali, seperti melipat baju, atau diistilahkan oleh David Attenborough sekan-akan seperti melipat kertas dalam seni Origami, Jepang.
Seekor kumbang, yang merupakan serangga terbesar di dunia ditemukan di hutan Amazon. Jenis kumbang ini konon belum ditemukan lokasi penyimpanan larvanya. Berhubung ukurannya sangat besar, hingga David Attenborough menyebutkan bahwa rahang mulutnya dapat merobek sebuah pensil kayu, sehingga pada saat memegang harus penuh kehatia-hatian dan selalu waspada. Panjang tubuhnya dari mulut hingga ke ekornya hampir mencapai 18 centimeter.
Terakhir diperlihatkan sekelompok jangkrik yang ‘tidur’ di bawah permukaan tanah, di sebuah wilayah di Amerika Selatan. Ribuan jengkerik ini diperkirakan telah 17 tahun lamanya berada di bawah permukaan tanah, selanjutnya secara bersama-sama keluar dari lubang-lubang tanah. Jengkerik itu lalu hinggap didahan-dahan pepohonan, kemudian mereka berganti kulit dengan cara memecah kulit terluar dan mengeluarkan ‘tubuh’ yang baru. Akhir dari proses tersebut adalah para belalang ini melakukan ritual kawin. Selanjutnya para betina akan bertelur dan telur itu akan disimpan di dalam tanah, menunggu 17 tahun lagi untuk keluar dari tanah.
Bagaimanakah para Jengekerik ini dapat menentukan masa selama 17 tahun untuk keluar dari tanah? David Attenborough dalam ulasannya hanya menyebutkan mungkin getah dari pepohonan yang memberikan tanda bagi para jengkerik ini untuk keluar dari sarangnya. Untuk hal lainnya dia hanya berujar bahwa ini adalah fenomena alam yang luar biasa menakjubkan.
Beberapa adegan memperlihatkan atau membuktikan perilaku serangga yang unik, misalnya: seekor lalat yang terbang mengapung diam, dalam situasi waspada mempertahankan wilayah teritorialnya. Lalu David sengaja mengganggunya dengan melepaskan ‘peluru’ kacang polong melalui sebuah sumpit. Ternyata lalat tersebut berusaha mengejar kacang polong yang terlontar dari sumpit yang ditiup David. Demikian terjadi berulang-ulang. Hal ini membuktikan bahwa lalat itu menganggap bahwa kacang polong itu adalah ‘musuh’ yang hendak masuk ke dalam wilayah teritorinya. Berarti lalat tersebut tidak ingin ritual kawinnya dengan lalat betina, yang ditunggu kedatangannya, terganggu oleh kedatangan musuh lalat jantan lain atau serangga jenis lainnya.
Firda :D
Sumber : http://unik.kompasiana.com/2011/07/29/kehidupan-serangga-capung-yang-memukau/
0 komentar:
Posting Komentar